Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang tua bernama Matahari Tua, beliau tinggal bersama putranya yang bernama Matahari Kecil. Suatu hari, Matahari Tua dan Matahari Kecil pergi ke pekan raya di kota untuk menjual keledainya. Seorang perempuan melihat mereka dan tertawa, “Kalian berjalan membawa keledai.
mengapa kalian tak menungganginya? Kelian berdua benar-benar bodoh!” “Perempuan itu
benar,” kata orang tua itu kepada putranya, “Kita berdua sungguh bodoh.”
Maka Matahari tua naik ke punggung keledai, dan Matahari Kecil berjalan mengikuti di belakangnya. Tak berapa jauh beranjak, mereka berjumpa seorang perempuan tua. Begitu ia melihat Matahari Tua menunggang keledai ia berseru kepadanya, “Hey, ini tidak benar. Kamu menunggang keledai dan membiarkan bocah kecil itu berjalan kaki di belakangmu.” “Benar juga. ada benarnya perkataan perempuan tua itu.” Tukas Matahari Tua dan iapun segera melompat turun dari punggung si keledai lalu membiarkan putranya naik.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan hingga mereka melihat seorang lelaki sedang bekerja di ladang yang berteriak: “oi oi, kau, anak muda berpikiran pendek anak semuda engkau menunggang keledai dengan enaknya dan membiarkan orang tua ini berjalan kaki.””Ah, Tepat juga perkataannya,” ujar Matahari kecil kepada dirinya sendiri, “Aku betul-betul pendek pikir.” Segeralah ia melompat turun dari punggung keledai. Matahari Tua dan Matahari Kecil segera berdiskusi tentang bagaimana caranya membawa keledai mereka ke pekan raya di kota tanpa ada lagi orang yang mengkritik mereka. “Aku punya ide,” kata Matahari Kecil,”kita berdua menunggang keledai itu, dengan demikian tak ada orang yang dapat berkata apapun.” “Ide yang bagus,” ucap Matahari Tua setuju, “Sungguh ide yang bagus “Segera mereka berdua menunggangi keledai itu. “Apa! Kalian gila?” dua orang pejalan kaki berseru marah, “Lihat itu, dengan dua orang berada di atas punggungnya, tak lama lagi keledai itu akan mati kecapaian.”
Terlalu mendengarkan pendapat orang lain dan menelannya mentah-mentah justru akan merepotkan kita.
0 komentar:
Posting Komentar